Sebelum menjalankan tugas pengabdian dakwah ke berbagai daerah pasca kelulusan, alumni Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Hidayatullah Tanjung Morawa, Deli Serdang, Medan, mengikuti kegiatan pembekalan atau Daurah yang diikuti puluhan alumni.
Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatullah Medan, Ust Choirul Anam, dalam keterangannya kepada redaksi menjelaskan, bahwa daurah ini diselenggarakan dalam rangka membekali alumni MA yang akan mengabdi ke daerah membantu mengajar dan dakwah di DPD-DPD Hidayatullah di Sumatera Utara.
"Daurah ini untuk meningkatkan kualitas bacaan Qur'an, kemampuan mengajarkan Qur'an di masyarakat, mempersiapkan tenaga da'iyah alumni dan membekali mereka metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan," kata Ust Anam, seraya menambahkan para peserta yang baru lulus ini juga dibekali ilmu dakwah.
Anam menjelaskan, kendati masih remaja, para mahasiswa itu sudah mendapatkan bekal ilmu dan psikologi dakwah karena pentingnya gerakan penyuluhan agama Islam ditanamkan sejak dini.
Psikologi dakwah merupakan cabang pengetahuan baru yang merupakan gabungan antara kajian psikologi dengan ilmu dakwah. Psikologi dakwah juga pada hakikatnya merupakan bagian dari psikologi Islam, karena dalam psikologi dakwah, landasan yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam psikologi islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis.
Oleh karena itu, jelas Anam, untuk mempermudah pemahaman tentang psikologi dakwah maka perlu diketahui pengertian psikologi dan dakwah secara sendiri-sendiri.
Secara sederhana psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya.
Sedangkan definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara objektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.
Dalam pada itu, Anam menegaskan, berdakwah sebenarnya bukan hanya menjadi tugas santri atau mereka yang dilabeli sebagai dai/muballigh. Dakwah malah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Oleh sebab itu pemahaman tersebut telah ditanamkan kepada santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Medan.
Melaksanakan tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menyampaikan dakwah.
Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat khoiru ummah (sebaik-baik umat) kepada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya:
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS: Ali Imron 110)
Apapun profesi dan pekerjaan seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh dia tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya. (ksl/qsk)
Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatullah Medan, Ust Choirul Anam, dalam keterangannya kepada redaksi menjelaskan, bahwa daurah ini diselenggarakan dalam rangka membekali alumni MA yang akan mengabdi ke daerah membantu mengajar dan dakwah di DPD-DPD Hidayatullah di Sumatera Utara.
"Daurah ini untuk meningkatkan kualitas bacaan Qur'an, kemampuan mengajarkan Qur'an di masyarakat, mempersiapkan tenaga da'iyah alumni dan membekali mereka metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan," kata Ust Anam, seraya menambahkan para peserta yang baru lulus ini juga dibekali ilmu dakwah.
Anam menjelaskan, kendati masih remaja, para mahasiswa itu sudah mendapatkan bekal ilmu dan psikologi dakwah karena pentingnya gerakan penyuluhan agama Islam ditanamkan sejak dini.
Psikologi dakwah merupakan cabang pengetahuan baru yang merupakan gabungan antara kajian psikologi dengan ilmu dakwah. Psikologi dakwah juga pada hakikatnya merupakan bagian dari psikologi Islam, karena dalam psikologi dakwah, landasan yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam psikologi islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis.
Oleh karena itu, jelas Anam, untuk mempermudah pemahaman tentang psikologi dakwah maka perlu diketahui pengertian psikologi dan dakwah secara sendiri-sendiri.
Secara sederhana psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya.
Sedangkan definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara objektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.
Dalam pada itu, Anam menegaskan, berdakwah sebenarnya bukan hanya menjadi tugas santri atau mereka yang dilabeli sebagai dai/muballigh. Dakwah malah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Oleh sebab itu pemahaman tersebut telah ditanamkan kepada santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Medan.
Melaksanakan tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menyampaikan dakwah.
Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat khoiru ummah (sebaik-baik umat) kepada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya:
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS: Ali Imron 110)
Apapun profesi dan pekerjaan seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh dia tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya. (ksl/qsk)