Perjalanan Membina dan Merangkul Muallaf di Lereng Gunung Sibayak


CAHAYA
lampu dari masjid di Kampus Pesantren Hidayatullah Polonia, Medan, malam itu tak seperti biasanya. Sorotan headlamp mobil tak jauh dari masjid yang sedang menyala itu kian menambah gradasi sinar yang menerangi komplek pesantren tersebut. 

Malam itu, rombongan mobil tersebut akan jadi tunggangan tim safari dakwah menuju lokasi binaan muallaf yang dibina Hidayatullah di lereng Gunung Sibayak. Tepatnya di Desa Lau Gedang yang masih berada dibawah wilayah Kabupaten Deli Serdang. 

Kali ini, tidak tanggung tanggung, Hidayatullah menugaskan tim dakwah yang terbilang istimewa karena dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah yang sekaligus ketua Pembina Kampus Utama Hidayatullah Medan, Ust. H. Drs. Hamim Thohari, MA. M.Si. 

Kegiatan safari dakwah perdana awal tahun 2022 ini merupakan program simpul sinergi DPW Hidayatullah, Kampus Utama Hidayatullah Medan, dan Posdai. 

Saya termasuk dalam rombongan tersebut sebagai unsur Dewan Murobbi Hidayatullah Sumut. Ada sekretaris DPW Hidayatullah Sumut Ust Isa Abdul Barri, Lc, ketua Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Hidayatullah Medan Ust Drs Darmawan, MA, M.Si. 

Dalam rombongan juga ada ketua Posdai Hidayatullah Sumut Ust Syukron Khoiri, S.Pd, ketua Kampus Utama Hidayatullah Medan Ust Ali Ibrahim Akbar, M.Pd, dai Ust Mu'tasimbillah, Ust Fahri Fathullah M.Pd,Ust Izzudin Al Hafidz Lc,  dan yang spesial karena turut dibersamai Syeikh Ibrahim Ali Al Hasani MA, dai internasional dari Gaza Palestina. 

Keharuan Menyeruak

Pada awalnya agenda safari dakwah ini sejatinya diagendakan dilakukan siang hari. Namun, berhubung ada kegiatan yang sudah dijadwalkan sebelumnya yaitu Daurah Qur'an di Kampus III Polonia Medan hingga penutupan, rombongan tim berangkat pukul 21.00 WIB. 

Perjalanan menuju lereng Gunung Sibayak biasanya memakan waktu cukup 2,5 jam. Tetapi ternyata jalan malam ini agak padat merayap. Perjalanan acapkali menanjak, berkelok kelok, belum lagi tantangan medan jalan yang kanan kirinya dipenuhi pepohonan dan  rimbunnya hutan di beberapa tempat. 

Sekira pukul 12.00 malam, tim baru menempuh setengah perjanan. Tampak ada keletihan di wajah mereka. Wajar saja, trayek yang dilalui memang cukup menantang dan tak jarang mengocok perut karena kondisi jalan yang dilalui tidak sepenuhnya mulus.

Akhirnya diputuskan untuk singgah di tempat pemandian air panas Pariban yang berlokasi di ujung Desa Sidebuk-debuk, Kecamatan Berastagi. 

Di sini rombongan menyempatkan rehat sekaligus mandi di air panas untuk menghilangkan penat, apalagi setelah 3 hari maraton Dauroh Qur'an dan Rapat Kampus Utama Hidayatullah Medan. Dengan harapan besok pagi bisa lebih fresh untuk melakukan dakwah membina muallaf.


Tidak terasa, hari sudah berganti, dini hari itu sudah sudah pukul 02.00 WIB. Tim pun bergegas menuju cottage untuk melakukan sholat tahajjud berjamaah dengan Syeikh Ibrahim Ali Al Hasani sebagai imam hingga kurang lebih pukul 03.00. Bacaan imam begitu syahdu, kian menambah dalam ibadah malam itu.

Usai tahajjud, dilanjutkan sejenak dengan kegiatan muhasabah bersama yang membuat tim berderai air mata, mengingat banyaknya bengkalai tugas dakwah yang disebabkan oleh kelalaian dan kealpaan. 

Belum sempat tidur, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 04.00. Rombongan pun bergegas untuk  lekas berangkat mengingat jarak yang dilalui baru separuh perjalanan.

Kendaraan roda empat yang digunakan pun dipacu untuk melaju lebih kencang. Akhirnya sampailah di tempat di mana para muallaf dikumpulkan yaitu di Brastagi, tepatnya di kampus baru Pondok Pesantren Hidayatullah Tanah Karo.

Sebenarnya, titik pertemuan dengan muallaf harus masuk lagi menempuh jalan ke daerah bernama Lau Gedang yang merupakan kampung dimana mereka menetap. 

Namun, jalan menuju desa Lau Gedang sedang banyak mengalami kerusakan dan longsor yang tidak mungkin dilalui oleh kendaraan roda empat. Sehingga, mereka, para muallaf ini, harus diangkut ke Brastagi. 

Tak lama kemudian, adzan subuh berkumandang. Tim berangkat menuju Masjid Besar dengan berjalan kaki yang agak jauh. Sepanjang jalan anjing tidak berhenti menggonggongi tim dan terus merangsek . Membuat semua deg-degan. 

Rasa penat sudahlah pasti dirasakan rombongan. Usai imam salam ke kanan dan kiri mengakhiri shalat shubuh berjamaah itu, sebagian langsung mengalami "patah leher". Hingga tak terasa usai sudah shalat subuh itu, romongan beristirahat karena semua belum tidur sama sekali. 

Sebelum matahari terlalu tinggi, rombongan sudah bersiap kembali dan sukses melicintandas sajian sarapan pagi. Selanjutnya, pada pukul 10.00 WIB, rombongan langsung menuju tempat pembinaan muallaf. 

Masya Allah! 

Rupanya, para muallaf sudah menunggu sejak tadi untuk mendapatkan suntikan ruhani, apalagi mereka sudah mendengar bahwa salah satu anggota tim adalah seorang syaikh dari Palestina. 

Para muallaf ini dibina oleh dai muda Hidayatullah, Ust Habibullah Lubis, alumni Pondok Pesantren Hidayatullah Tanjung Morawa Medan yang ditugaskan mengabdi di daerah ini. 

Secara rutin juga dikirim dai yang lebih senior untuk membantu menguatkan dan meningkatkan kualitas keislaman mereka secara bergantian oleh DPW Hidayatullah Sumut, Kampus Utama Medan maupun Pos Dai Hidayatullah Sumut. 

Menurut Ust Habibullah Lubis, ada 70 orang mullaaf dari kalangan ibu ibu maupun remaja putri. Dan 24 orang anak muallaf putra usia SD dan SMP yang menjadi umat binaan Hidayatullah Sumut dan Kampus Utama Medan yang tinggal di Desa Lau Gedang lereng Gunung Sibayak ini.  

Jarak tempuh ke desa ini cukup menyita waktu dengan kondisi jalan yang kurang kondusif. Sudah begitu, letaknya pun sudah sangat jauh dari Kota Lubuk Pakam yang menjadi pusat kota Kabupaten Deli Serdang. 

Tapi, soal jarak ini, merupakan hal yang wajar karena kabupaten ini adalah kawasan yang sangat luas di Sumut, layaknya Kutai Kartanegara kalau di Kaltim. Atau Sukabumi kalau di Jawa Barat. 

Alhamdulillah, kegiatan berjalan sangat baik dan para muaallaf sangat bersemangat mengikuti pembinaan, apalagi sang Syaikh sangat humoris dalam menyampaikan ceramahnya hingga menjelang waktu dzuhur.

Kami juga sempat mendokumentasikan beberapa dari perjalanan safari dakwah ini, album fotonya dapat dilihat di menu gallery atau klik di sini.*/ Khoirul Anam