Pesan Spiritual Syeikh Ibrahim Ali Al-Hasaniy Kepada Tim Safari Dakwah Hidayatullah Sumut

Cuaca sangat dingin dilereng gunung Sibayak diatas ketinggian 2000 m diatas permukaan laut. Ketika itu jam menunjukkan pukul 03.00, diluar ruangan cottage, suasana terlihat mulai semakin gelap terlihat tertutupi oleh kabut yang sedang  berderai turun dari langit gelap menutupi lereng gunung.
Ustadz Drs.H. Hamim Thohari MA. M.Sc. mempersilahkan Syeikh Ibrahim Ali Al Hasani MA , Dai asal Gaza Palestina itu untuk memberikan nasehat sebagai penutup usai muhasabah bersama tim safari dakwah Hidayatullah Sumut dalam perjalanan Dakwah membina muallaf di lereng gunung Sibayak.
Maka sang Syaikh pun memberikan renungan yang sangat menggetarkan hati  dan menghidupkan tali kecapi jiwa.
Diantara hal  yang beliau sampaikan adalah, bahwa sebagai mujahid dakwah harus selalu hati-hati dan mawas diri, jangan sampai kita sebagai da'i,  banyak dan selalu menyampaikan kepada orang lain untuk berbuat baik, agar menjadi orang baik, agar menjadi orang sholeh, agar menjadi ahli ibadah dan lain-lain ajakan dan nasehat kebaikan, akan tetapi ternyata kita sendiri yang menyampaikan itu semua kapada ummat,  justru tidak menjadi pelakunya dan tidak menjadi ahlinya dalam beramal sholeh dan menjadi manusia yang sholeh.
Syaikh Ibrahim  kemudian menyitir sebuah munajat yang disampaikan oleh Ibnu Taimiyah kepada Allah SWT :

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ :إِلَهِي وَسَيِّدِي، إِنْ قَضَيْتَ عَلَيَّ بِالْعَذَابِ غَداً فَلَا تُخْبِرِ النَّاسَ بِعَذَابِي صِيَانَةً لِكَرَمِكَ لَا لِأَجْلِي، لِئَلَّا يَقُوْلُوْا عَذَّبَ مَنْ دَلَّ عَلَيْهِ

"Ya Tuhanku, wahai Penghuluku, Jika seandainya nanti Engkau menghukumku dengan adzab-Mu esok ( di akherat) , kumohon janganlah Engkau beritahukan kepada manusia  bahwa Engkau telah mengadzabku, hal itu demi menjaga Ke Maha Murahan-Mu, bukan untukku ( bukan untuk menutupi aibku). ( Aku berharap ) agar supaya mereka tidak mengatakan bahwa (Allah yang Maha Pengasih itu) telah mengazab hambaNya yang telah berjuang menunjukkan jalan ( kembali) kepadaNya."

Pelajaran yang bisa didapat dari munajatnya Imam Ibnu Taimiyah diatas adalah beliau tidak ingin ummat salah faham, bahwa ternyata Allah Yang Maha Penyayang itu mengadzab hambaNya yang dikenal oleh mereka sebagai orang sholeh. Jika dimikian lalu dimana Kasih Sayang Allah?Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah ummat yang tertipu, mereka mengira bahwa gurunya sholeh padahal menurut pandangan Allah Sang guru  tidaklah sholeh seperti anggapan mereka,  karena dalam mengajar dan berdakwah tidak ikhlash karena Allah. Atau dalam penampilan ditengah umum nampak sholeh, rajin ibadah,  padahal ketika sendirian tidak ada yang meleihatnya sang guru mengerjakan maksiyat dan memakan yang haram. Ini tentunya hanya sebuah pengandaian tingkat tinggi dari seorang ulama besar yang sangat Arif.

Kita melihat munajat yang beliau sampaikan itu menunjukkan betapa tawadhu'nya beliau dan betapa arifnya beliau. Dan tentunya kalimat munajat beliau itu harusnya menjadi pelajaran dan bahan renungan yang mendalam bagi semua aktivis Islam dalam menjalankan dakwahnya ditengah tengah ummat ini. Jangan sampai kita ini pandai menyuruh orang lain untuk menjadi sholeh, menjadi orang baik, namun diri kita sendiri, ketika dalam kesendirian berubah perilakunya menjadi tidak sholeh, menjadi tidak baik, dan tidak takut bermaksiyat karena tidak ada manusia yang melihat.

Syaikh Ibrahim Ali Al Hasani juga mengingatkan,  agar kita tidak menjadi orang-orang atau manusia - manusia yang tidak  konsisten dengan  dakwah yang kita laksanakan. Jangan-jangan yang terjadi adalah bahwa, ketika kita berada ditengah-tengah ummat, atau ketika kita berada didepan para mad'u kita, seolah-olah kita adalah orang yang rajin beribadah dan rajin beramal sholeh, karena lahiriahnya kita nampak rajin  mengajak mereka agar berbuat baik, menyeru mereka untuk  menjadi orang baik dsb. 

Ketika kita berada didepan pandangan mata manusia ramai kita tampil sholeh, rajin ibadah, suka mengajak berbuat baik. Namun, begitu kita berada dalam kesendirian kita , ketika  tidak ada sama sekali orang lain yang melihat kita, ternyata kita berubah menjadi orang yang mudah  berbuat maksiat kepada Allah,  serta malas beribadah. ( Naudzu Billah). Dan ternyata apa yang kita laksanakan hanyalah untukj  mendapatkan pujian manusia, serta  decak kagum, acungan jempol, pandangan mata serta pengakuan manusia semata.
Kemudian beliau menyitir statement Ibnul Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah:

"قال ابن القيم رحمه الله : أجمع العارفون بالله بأن ذنوب الخلوات هي أصل الانتكاسات وأن عبادات الخفاء هي أعظم أسباب الثبات"

*"Para Arif Billah ( para ulama) sepakat bahwa perbuatan dosa  atau maksiyat  yang dilakukan secara sembunyi- sembunyi itu bisa menjadi pangkal kejatuhan ( kecelakaan ) seseorang. Sebaliknya, ibadah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi,( tidak ingin dilihat orang lain , tidak mengharap pujian manusia, tidak ingin mendapatkan acungan jempol dll), akan menjadi sebab terbesar bagi keteguhan iman, serta  ke-Tsiqohan ( kekokohan, ketangguhan ) dan ke- Istiqomahan ( konsistensi) seseorang dalam ber Islaman,  dalam  keimanan serta keshalehan seseorang.

Sang Syaikh pun menambahkan :  "Bahkan seyogyanya para aktivis dakwah itu hendaknya  memiliki amalan sholeh rahasia, yang dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan, yang  dilaksanakan  tanpa ada seorangpun yang tahu  dan melihatnya. Bahkan sampai-sampai anak istrinya serta keluarganya pun tidak pernah mengetahuinya. Saking menjaganya kepada yang namanya keikhlasan.

Mengapa harus demikian? Ya agar supaya ada tabungan amal yang betul betul dilaksanakan secara ikhlas, semata-mata karena Allah, yang akan menjadi asbab mengundang Ridho Allah  kepadanya, dan ketika Allah sudah ridho kepadanya, maka  Allah pastinya akan berkenan menyelamatkannya  dari adzab nerakaNya.
Subhanallah......

Syaikh kemudian membacakan sebuah hadits  Nabi SAW  dari Tsauban RA tentang apa yang beliau lihat dari pada nasib ummatnya yang akan terjadi sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ الرَّمْلِيُّ حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ عَلْقَمَةَ بْنِ خَدِيجٍ الْمَعَافِرِيُّ عَنْ أَرْطَاةَ بْنِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَبِي عَامِرٍ الْأَلْهَانِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh aku telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia bagaikan debu berterbangan." 

Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka karena kami tidak mengetahuinya."

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka sholat malam sebagaimana kalian mengerjakannya. Tetapi, mereka adalah kaum yang jika kembali ke hal yang diharamkan Allah, maka mereka terus mengerjakannya." (HR Ibnu Majah)

Ada orang yang rajin sholat malam, rajin puasa, rajin bersedekah dll disaat dilihat orang, namun disaat sendirian tidak ada yang melihatnya , mereka bermaksiyat kepadaNya tanpa ada beban mental. Itu menandakan ia tidak ikhlas dalam beramal, tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang riya' dalam beramal.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"وَقَدِمْنَاۤ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَآءً مَّنْثُوْرًا"

"Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (."*sia-sia)" (QS. Al-Furqan 25: Ayat 23)

 Kemudian Saikh Ibrahim Ali membaca ayat tersebut dengan  suara yang semakin rendah, penuh hikmat dan penghayatan, bibir  beliau bergetar, kedua bola mata beliau berkaca-kaca.

Ayat itu  dibaca ulang dengan suara yang lebih rendah lagi yang mengundang keharuan dan rasa takut kepada Allah.

Semua anggota  tim safari dakwah terbawa  oleh emosi mereka, terbawa oleh suasana, mata merekapun berkaca kaca, hati mereka  penuh keharuan, satu persatu meleleh  air matanya, dan pelan pelan mereka menundukkan kepala, kemudian pecahlah suara isak tangis bersautan, maka pecah pula kesunyian malam   yang berselimut kabut di tingkahi cahaya lampu lampu yang cahaya sinarnya nampak temaram karena dibalut kabut.  

Derai air mata tak tertahankan. Kemudian pelan- pelan surut lalu hilang disapu berkali-kali oleh jari-jemari, telapak tangan maupun lengan mereka,  kemudian tinggallah suara isakan dan sesenggukan, diiringi lantunan istighfar yang silih berganti dengan suara bergetar, pelan-pelan  suasana menjadi sendu membisu, isak tangis, sesenggukan dan istighfar pelan-pelan hilang dari ruangan ,kabut semakin  tebal membalut dan semakin menambah dinginnya cuaca serta syahdunya suasana .....😭😭😭....

"KHOIRUL ANAM"